Di Rumah Kontrakan

 

Semenjak pandemi gang Apple Pie terbilang jarang bertemu pun sekedar ngopi bareng. Kesibukan menjalankan peran menjadi alasan kami. Mayoritas anggota gang adalah ibu rumah tangga, aku memiliki 2 anak kembar, Elea ibu baru dengan bayi mungilnya, dan Berlian yang sedang hamil 6 bulan. Sebagian lagi adalah ibu bekerja, ada Dena manajer di perusahaan asing dan Caca programmer di salah satu radio swasta.

Entah bagaimana mulanya gang Apple Pie terbentuk, seingatku saat kami menjadi mahasiswa baru PTN di Kota Malang. Disanalah kali pertama pertemuan kami, sebuah rumah kontrakan dua lantai yang dindingnya berwarna hijau agak memudar, fasad rumah layaknya rumah jaman dulu hanya ada tiang pipa sebagai penyangga dan teras semen. Jujur, tidak ada yang istimewa dari rumah kontrakan itu selain karena harga sewa yang lebih murah daripada kontrakan lainnya. Bagi saya sih sudah cukup layak untuk jadi tempat tinggal sementara selama meraup ilmu di bangku kuliah. Di kontrakan inilah persahabatan kami di mulai.   

***

Pagi itu, aku dibuat kaget karena melihat antrian panjang di depan pintu kamar mandi. Ya, rumah kontrakan ini hanya memiliki satu kamar mandi berukuran 3x3 meter. Kutengadahkan kepala menuju jam dinding di ruang tengah, ‘hah, jarum jam menunjukkan angka 4, artinya 1 jam lagi ospek akan dimulai, bisa telat nih’, gumamku dalam hati. Aku pun langsung berdiri di antrian paling akhir berharap ada yang mau ganti posisi antrian denganku, ah tapi tak mungkin.

Kulihat Berlian, Caca, Dena dan Elea telah siap dengan seragam almamater di ruang tengah. Mereka sibuk memeriksa perlengkapan ospek yang ditugaskan oleh panitia. Duh pemandangan itu semakin membuat jantungku berdegup kencang dan bulir keringat satu per satu memenuhi dahiku. Bukan hanya takut akan terlambat, melainkan berusaha menahan hajat yang sudah di ujung tanduk. Pufh…. 

Tiba-tiba tepukan di bahu kanan membuyarkan kegundahanku.

“Dek, kamu kok belum siap-siap? Emang ngga telat ospek, itu yang lain udah siap lo,” seorang kakak berwajah manis menegurku sambil menunjuk ke arah teman-temanku yang siap berangkat.

“Iya, kak tadi aku telat bangun, ternyata antrian kamar mandi udah panjang,” sahutku dengan nada melas.

“Lain kali, tulis antrian aja di papan ini,” sambil menunjuk papan yang tertempel tepat di atas kepalaku. Aku pun mendongakkan kepala melihat wujud papan putih itu. Tanpa pikir panjang akhirnya aku mendekati wastafel tepat di sebelah rak dapur. Kubasuh wajahku dan kusabun dengan fasial wash agar lebih segar. Kugosok gigi secepat kilat, segera kuakhiri mandi kucing. Kuacuhkan tatapan heran para pejuang antrian kamar mandi dan berlari sekencang kilat menuju kamar.

***

Sungguh masa muda yang penuh kesleboran. Rasa malu masih tersisa tiap kali bertemu dengan gang Apple Pie. Meskipun kuyakin mereka sudah melupakannya. Kini, aku memilih dakwah sebagai jalan hidupku. Bagiku proses hijrah yang kujalani hingga titik ini tidaklah mudah, pertentangan dari keluarga maupun geng Apple Pie pernah menerpaku. Jika bukan ridha Allah tak mungkin istiqomah di jalan ini.

"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)." (QS. al-A'raf: 178)

#30dwc #day27 #lihat

Komentar