www.dailyapreal.com — Pernahkah Anda bertanya pada anak siapa sosok yang
diidolakannya? Sosok yang senantiasa menjadi bahan perbincangan dengan teman
sebaya bahkan menjadi role model. Mungkin juga sosok itu adalah karakter
fiktif tayangan anak-anak di televisi, tokoh dalam buku cerita atau orang yang
ada di sekitar anak. Wajar kok, karena memang sosok itulah yang menghiasi
hari-hari anak. Namun, alangkah baiknya jika Anda juga mengenalkan sosok mulia
yang lebih patut untuk dijadikan idola. Siapakah itu? Ya, dia adalah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bagi keluarga muslim, mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan pondasi keislaman yang menjadi muatan utama dalam kurikulum pendidikan keluarga. Pasti setiap orang tua memiliki cita-cita mulia yaitu memiliki generasi yang mencintai Rasulullah melebihi cintanya kepada diri sendiri, hartanya, bahkan orang tuanya.
Umar bin Al-Khathab Radhiallahu 'anhu mengisahkan, bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai dia menjadikan aku lebih dicintainya daripada diri, harta dan orang tuanya.” Ketika Umar berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, sungguh Anda lebih aku cintai dari segalanya, kecuali diriku,” kemudian Rasulullah menjawab, “Tidak! Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Tatkala Umar berkata kepadanya, “Sungguh engkau sekarang lebih aku cintai daripada diriku, ya, Rasulullah,” jawab Rasulullah, “Sekarang baru (sempurna keimananmu), wahai Umar.” (HR. Al-Bukhari)
Realita masa kini
Menanamkan kecintaan anak kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua. Terlebih ketika proses tersebut berhadapan dengan mindset dan perilaku masyarakat yang bertentangan dengan akhlak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak dipungkiri lingkungan yang ada di sekitar kita heterogen. Antara keluarga muslim satu dengan lainnya belum tentu memiliki kesamaan visi dan misi pendidikan anak.
Dapat kita amati saat mereka bermain bersama teman-temannya dan menemukan mereka dengan santai saling mengolok, berkata tidak ahsan, berdusta, dan perilaku buruk lainnya. Kondisi ini bisa membuat mereka minder, bingung, emosional dan menjadi tidak percaya dengan apa yang sudah diajarkan oleh orang tuanya. Kenyataan ini, juga terkadang justru membuat orang tua merasa ‘sedikit’ menyesal dan mulai putus asa selama proses pendidikan kepada anak.
sumber: www.freepik.com |
Mengapa harus mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam?
Maka,
sebagai orang tua perlu kiranya muhasabah kembali strong why menanamkan
cinta Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada anak-anak. Mungkin
pondasi orang tua belum kuat sehingga mudah goyah saat berhadapan dengan
tantangan. ‘Yuk, simak poin berikut:
- Masa awal kehidupan anak-anak merupakan tahap krusial dalam membangun pondasi keimanan dan kepribadian seorang individu. Jika kita ingin memiliki generasi muslim yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, harus dimulai sejak usia dini. Saat fitrah keimanan mereka mulai tumbuh, maka prosesnya akan menjadi lebih mudah.
- Jika seorang anak sejak dini telah terbiasa mencintai
Rasulullah, hal itu akan memudahkan saat anak beranjak dewasa.
- Jika anak-anak kita tidak mencintai Rasullullah, maka mereka
pun tidak akan menjadikannya sebagai suri teladan meskipun kita
mengarahkannya sekuat tenaga.
- Kecintaan anak kepada Rasulullah, akan memberikan manfaat
yang baik, keberkahan, dan taufik dalam segala sisi kehidupan. Bukankah
ini menjadi dambaan setiap orang tua?
- Kecintaan kepada Rasulullah, akan mengantarkan kecintaan
Allah di dunia dan pengampun-Nya di akhirat.
- Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah kepada kita. Di
akhirat kelak, Allah meminta pertanggungjawaban orang tua terhadap anak
terlebih dahulu sebelum tanggung jawab anak terhadap orang tua. Hal ini
sebagaimana penjelasan Imam Ibnu Qayyim, “Betapa banyak orang yang
mencelakakan anaknya—belahan hatinya—di dunia dan di akhirat karena tidak
memberi perhatian dan tidak memberikan pendidikan adab kepada mereka.
Orang tua justru membantu si anak menuruti semua keinginan syahwatnya. Ia
menyangka bahwa dengan berbuat demikian berarti dia telah memuliakan si
anak, padahal sejatinya dia telah menghinakannya. Bahkan, dia beranggapan,
ia telah memberikan kasih sayang kepada anak dengan berbuat demikian.
Akhirnya, ia pun tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan anaknya. Si
anak justru membuat orang tua terluput mendapat bagiannya di dunia dan di
akhirat. Apabila engkau meneliti kerusakan yang terjadi pada anak, akan
engkau dapati bahwa keumumannya bersumber dari orang tua.” (Tuhfatul
Maudud hal. 351).
4 Cara menanamkan cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
Di sinilah diperlukan komunikasi produktif antara orang tua dan anak. Orang tua bisa mencoba 4 cara berikut ini dalam proses menanamkan cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Membangun Imaji Positif. Orang tua bisa menyampaikan kepada anak bahwa Rasulullah sebagai utusan Allah untuk menjadi teladan bagi umat manusia di dunia. Keindahan perilakunya, lembut tutur katanya, halus perasaannya.
- Dialog Tauhid. Misal saat suasana anak nyaman, orang tua mengajak anak berdialog tentang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Nak, coba deh lihat langitnya, bagus, ya?
Ehm, siapa, ya, yang menciptakan langit itu?
Lalu orang tua menjelaskan tentang Allah.
Kalau gitu kita harus bersyukur dan bilang terima kasih ke Allah. Tapi gimana, ya, caranya.
Gali rasa penasaran anak. Misal anak menjawab dengan rajin salat.
Iya bener, bentuk kita terima kasih dengan rajin salat, seperti yang Rasulullah contohkan.
Dari sini orang tua menyampaikan begitu butuhnya kita kepada Rasulullaha kepada Rasulullah.
- Berkisah. Orang tua bisa mulai membacakan kisah Rasulullah sejak dalam kandungan.
- Teladan orang tua. Sebelum mengharapkan anak mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, hendaknya orang tua terlebih dahulu mencintai Rasulullah. Anak akan mendengar, melihat dan melakukan apa yang orang tua contohkan.
Semoga
kita diberi kemampuan dan kemudahan membersamai proses menanamkan kecintaan
anak kepada Rasulullah, sehingga kelak kitalah yang akan merasakan manis
hasilnya.
#odop #day20 #30dwc #day19
Komentar
Posting Komentar