Siapa yang udah
pernah baca novel berjudul “Sabtu Bersama
Bapak” Karya Adhitya Mulya? Atau nonton filmnya yang diperankan sederet artis kece? Tulisan ini bukan sequelnya ya...xixixixi. Hanya terinspirasi dengan kisah keluarga
kami yang tidak jauh berbeda, tapi tidak
serupa.
Yap, keluarga kami pernah menjalani
pernikahan jarak jauh atau Long Distance Marriage (LDM). Bagi keluarga kami akhir pekan adalah waktu
yang sangat dinanti. Bukan saja karena bertemu dengan tanggal merah, tapi kehadiran
Abi lah yang membuat kami bersemangat, khususnya bagi si emak ^_^. Bagi
keluarga yang menjalani LDM, weekend merupakan moment untuk menguatkan bonding, yah meskipun di hari biasa kami masih sering komunikasi
via telp, chatting,
video call tapi energi dan rasa
ketika bertemu langsung jauh lebih membahagiakan. Kadangkala kami harus
menunggu sampai 2 minggu bahkan lebih untuk bisa bertemu jikalau aktivitas di
kota lain lebih menuntut kehadiran Abi. Disitu kadang saya harus memberi
pengertian kepada dua bocah alasan Abi tidak pulang. Meskipun keliatannya
mereka tidak ada masalah tuh dengan
ketidakpulangan Abi, tapi bagi saya ini tetap menjadi moment untuk menghadirkan
sosok Abi di kehidupan mereka. Salah satunya dengan menceritidakan alasan mengapa Abi tidak pulang itu dalam rangka ibadah, mencari nafkah
untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sudahlah secara dhohir/raga tidak setiap
saat bisa berinteraksi, masa iya sih mereka tidak merasakan kehadiran Abi secara
spirit/semangatnya. Bisa fatal efeknya untuk tumbuh kembang mereka.
Kegiatan yang
dilakukan bersama abi pun tidak perlu yang mewah kok. Nggak perlu tiap minggu
nginep di hotel bintang lima, diajak jalan ke luar kota atau keluar negeri (ini
mah nabungnya nggak cukup seminggu kaleee). Sederhana saja yang penting bisa
menguatkan bonding ayah-anak dan ayah-keluarga dan istri. Misal, main ke taman
kota deket rumah, masak dan makan bareng, bermain di rumah dengan barbagai
mainan yang dimiliki anak, dan yang paling penting lagi nie, ada forum khusus
dimana ayah memberikan pembinaan kepada keluarga istilah kerennya Family forum. Misal, diskusi tentang
target harian atau mingguan tiap anggota keluarga, atau murojaah bareng abi.
Itu sih beberapa kegiatan yang keluarga kami lakukan. Jadi maksimalkan waktu
yang ada, kreatif mengisi waktu tersebut dengan kegiatan yang bermakna, dan syukuri
waktu yang diberikan oleh Allah. Karena belum tentu juga minggu depan bisa
ketemu abi. Heheheh....
Justru yang menjadi kekhawatiran kami ketika anak-anak kehilangan figur
seorang ayah. Sebuah nasihat dari Ibnul Qoyyim dalam kitab tuhfatul maudud, “Jika terjadi
kerusakan pada anak penyebab utamanya adalah AYAH”. Pun dari
sekian buku parenting yang saya
baca mengatakan bahwa ayah memiliki peran penting dalam pengasuhan apalagi di
usia dini. Jadi bukan hanya ibu saja ya.. Apa saja peran ayah, Ustad Harry Santoso
dalam buku Fitrah Based Education menuliskan peranan
ayah dalam pengasuhan.
Ayah berperan dalam membuat misi keluarga. Misi keluarga adalah peran spesifik yang keluarga ambil dalam peradaban, yang padanya melekat manfaat untuk sekitar. Keluarga tanpa misi yang jelas bagaikan bahtera yang berlayar tanpa arah. Ayah lah penentu arahnya
- Pensuplai Ego
Anak membutuhkan peran ayahnya untuk mendapatkan suplai ego. Suplai ego dari ayah ini akan membentuk kemampuan leadership bagi anak-anaknya. Sedangkan dari ibu, anak akan mendapatkan suplei emphaty yang membentuk kemampuan followership.
- Pembangunan struktur berpikir dan rasionalitas
Ayah dengan rasionalitasnya
akan membangun struktur berpikir anak yang logis dan sistematis. Anak akan
mampu menimbang dengan matang sebelum mengambil keputuisan, siap menghadapi
segala konsekuensi, karena peran ayah
- Pensuplai maskulinitas
Bagi anak laki-laki
maupun anak perempuan, keduanya sama-sama memerlukan suplai maskulinitas yang
ini bisa didapatkan dari seorang ayah. Jika tidak mendapatkan suplai maskulinitas,
anak laki-laki akan berpotensi over feminim bahkan salah orientasi seksual dan
anak perempuan berpotensi tidak memiliki keteguhan dan prinsip yang kokoh.
- Sang Raja Tega
Mulai usia 10 tahun ke atas, anak-anak perlu diuji kemandiriannya, keimanannya dengan berbagai program. Para ayah, dengan “ketegaannya’lah yang mampu memberikan tugas-tugas berat untuk menguatkan potensi anak-anaknya. Sedangkan ibu memainkan peran sebagai ‘pembasuh luka’ untuk menjadi penawar bagi keletihan anak usai menjalani program dari ayah.
- Penanggung jawab Pendidikan
Sesungguhnya ayahlah
penanggung pendidikan keluarga: istri dan anak-anaknya. Ia bertugas merancang
tujuan pendidikan keluarga agar sesuai dengan misi keluarga. Barulah setelah
itu, ibu mengambil peran untuk mendetailkannya menjadi kegiatan belajar harian
anak. Ini benar secara fitrah sebagaimana yang sudah dikisahkan dalam al-quran
dalam surat Lukman.
- Konsultan Pendidikan
Karena ayah adalah
laki-laki yang umumnya single-tasking,
maka wajar baginya untuk tidak terlalu banyak turun dalam hal detail. Para ayah
bahkan memang perlu mengambil posisi di luar masalah agar bisa memberikan
solusi yang jernih bagi para ibu, yang dalam kesehariannya sudah dipenuhi oleh
banyak tantangan dalam proses mendidik anak-anak. Jadi bun, perlu sekali kita
memberikan kesempatan pada para ayah untuk memiliki waktunya sendiri.
Itu tadi beberapa peran
vital ayah dalam pengasuhan? Yuk ajak pasangan couple time sembari
memenungkan peran kita dalam pengasuhan, terutama sudah tunai belum suami kita
menjalankan perannya sebagai ayah. Jika belum hayuklah
kita gandengan tangan untuk mengembalikan ayah pada perannya. Agar anak-anak
kita tidak menjadi generasi yang kehilangan sosok ayah dalam hidupnya.
Selamat bertumbuh bersama
keluarga!!!
#odop #onedayonepost #day3 #30dwcjilid32 #day2
sebuah insight baru di hidup saya kak, bahwa sosok sederhana nan wibawa dari seorang ayah sungguh berdampak pada tumbuh kembang anak:') ah terima kasih sudah diingatkan tentang pentingnya sosok ayah :)
BalasHapusPara ayah wajib baca ini 😃
BalasHapusAkan sangat bahagia bila setiap ayah bisa seperti itu
BalasHapusSemangat para pejuang LDM, aku pun pernah dan sudah melaluinya. Hehe. Emang ya, peran ayah tu tiada dua. Apalagi soal raja tega. 😅😅
BalasHapus