Tips Hadapi Ujian Pengasuhan


 www.dailyapreal.com — Malam ini saya menengok beberapa file lama yang tersimpan apik di google drive, tujuannya sih ingin membersihkan file yang sudah tidak dibutuhkan. Saat tiba di halaman kerja utama, berjejer folder-folder dengan angka dan nama sebagai penjelas isi folder tersebut. Ada ketertarikan pada folder no empat, mata dan tangan pun mengarahkan mouse untuk menekan folder itu. Oh, isinya tentang jurnal belajar dan mata saya tertuju pada satu tulisan berjudul “Antara Pilihan Dan Perintah”. Ehm, penasaran dengan peristiwa apa yang saya tulis disana? ‘Yuk kita baca bersama! 

***

Sabtu malam, masih mempraktekkan merubah “12 Gaya Populer, penghambat Komunikasi Kita. Kali ini masih antara ibu dan anak.  

Peristiwa 1. Membeli Mainan Baru 

Alhamdulillah si umi ada rejeki lebih dan berniat untuk membelikan mainan baru untuk K. Mainan yang membantu kemampuan tumbuh kembangnya. Mulai aspek sensorik, motorik, dan kognitifnya. Maka kami sekeluarga pun keluar mengendarai motor kesayangan kami, si ‘Matic Ontamerah’. Tujuan awal tidak langsung ke toko mainan, kami mampir terlebih dahulu di warung lesehan langganan. Selesai makan K masih meminta jalan-jalan. Okelah mumpung masih sejalan, kami pun menuju alun-alun kota. Sekedar keliling sebentar saja  lalu kami pun bertolak ke toko mainan dan pulang.  

Saat tiba di toko mainan, masih belum pasti jenis mainan apa yang hendak di beli. Saya dan K pun sibuk melihat aneka mainan yang dipasang di etalase dan di gantung di rak-rak. Hem, bingung juga tampaknya si K. Lalu saya mulai menawarkan mainan pancingan. K mengangguk tanda setuju. Saya pun menyodorkan ke kasir untuk membayarnya. Namun, saya teringat satu mainan. Lantas saya menanyakkanya pada kasir dan ditunjukkan letak mainan tersebut. Saya pun mengajak K menuju etalase letak mainan itu disimpan. Saya pun mulai menawarkan pada K.  

U: “dek K ini ada mainan dari malam (dough). Ada yang buat donat, sushi, sama es krim. Dek K mau yang mana?”. Sebenarnya saya sudah tau K akan memilih yang mana, saya hanya ingin merangsang kemampuan komunikasinya sekaligus menjajal ilmu komunikasi yang saya dapatkan. 

K: “Pilih es krim mi”

Penjaga toko mengeluarkan 2 jenis mainan yang bertema es krim. 

U: “Pilih yang mana, yang ini (es krim dengan stik)  atau yang ini (es krim dengan cetakan)?” 

K: “Yang ini aja mi”.  Menunjuk es krim dengan cetakan.  

Kami pun kembali ke kasir. Sampai di kasir saya menawarkan kembali, mau mainan pancingan atau es krim. Karena jatah mainan baru hanya 1. Akhirnya K memilih es krim. Untungnya ibu kasir ndak masalah ketika saya hanya membeli satu mainan saja. Heheheh…. 

Begitulah akhirnya K mendapatkan mainan baru pilihannya tanpa saya memaksanya, tapi dengan memberi pilihan dan pengertian. Alhamdulillah K mengerti. 


Peristiwa 2. Memilih Tidur atau Bermain

Masih di waktu yang sama. Betapa senangnya K saat tiba di rumah dengan mainan baru. Langsung meminta kepada utinya untuk di bukakan mainannya. Setelah cuci kaki dan berganti pakaian, mulailah K bermain sambil ditemani tantenya. Malah si tante juga keasyikan membuat es krim mainan. Maklum semasa kecil kita (saya dan adik) ndak punya mainan seperti ini. Heheheh… 

Saking asyiknya hingga lupa waktu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Saya pun mulai me-warning K untuk bergegas tidur. Dan memberikan pilihan, tidur sekarang atau masih mau main. Sembari saya menyiapkan tempat tidurnya dan mengakhiri aktivitas saya. Ternyata K masih betah bermain. Saya pun memberikan batas waktu 5 menit lagi untuk bermain. Selang 5 menit, saya ingatkan kembali bahwa waktunya tidur sudah tiba.  

U: “dek K sudah jam 10 lewat 5 menit, mainnya dilanjutkan besok ya?”

K: “iya ummi”. Tanpa respon penolakan K pun membereskan mainannya dan menuju kamar tanpa paksaan, cukup dengan mengingatkan kesepakatan yang sudah dibuat.  

***

Itulah cuplikan peristiwa yang saya tuliskan, terjadi empat tahun yang lalu. Ada  rasa nyess setelah membaca tulisan itu. Saya membandingkan kondisi saat itu dengan saat ini, khusunya pola komunikasi dengan Si Sulung. Astaghfirullah…. Saya menyadari kesalahan pola komunikasi yang terjadi akhir-akhir ini. Ketika saya merasa diuji dengan tingkah polah anak, nyatanya semua berawal dari pengasuhan yang cenderung memaksakan keinginan dengan dalih itulah yang terbaik untuk mereka. Saya yang lebih tahu ketimbang anak-anak. Justru disitulah celah timbulnya penolakan dari anak dan memicu emosi negatif. 

Ketika kondisi ini yang terjadi pada seorang ibu, maka menepilah. Saya kembali teringat pesan salah satu Ustadzah di majelis ilmu online yang saya ikuti. Ketika kita merasa kesulitan dalam mengasuh anak-anak atau ada tingkah polah anak yang menguji kita, maka lakukanlah beberapa hal ini.   

  • Menerima itu sebagai qadha dari Allah swt bahwa baik buruknya datang dari Allah.
  • Muhasabah diri, jika ada amal yang merupakan dosa-dosa kita segeralah bertaubat.
  • Hadapi anak dengan sabar dan berupayalah berkomunikasi dengan baik sehingga anak mau terbuka dan berkata jujur.
  • Maafkan kesalahnnya dan tawarkan diri untuk membantunya keluar dari kesulitan yang dihadapinya
  • Dampingi anak selama masa membenahi diri dan lakukan penguatan-penguatan kepribadian Islamnya hingga kita yakin anak sudah benar-benar kembali pada Allah dan Rasulnya.
  • Senantiasa mendoakannya untuk ketaatannya dan terhindarnya dia dari kejahatan baik dari jin dan manusia.

Sejatinya perkara anak adalah fitnah / ujian yang diabadikan oleh Allah dalam Al-Quran. Semoga kita senantiasa menjadi ibu yang dilimpahi kesabaran.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. [At Taghabun:14,15].

 

#odop #day22 #30dwc #day21

Komentar