Ayah Juga Butuh Waras

 

www.dailyapreal.com — Kesadaran masyarakat Indonesia dalam isu kesehatan mental dinilai terus meningkat beberapa tahun ke belakang. Dulu Indonesia mungkin masih menutup mata ketika membahas gangguan jiwa karena dianggap hal yang tabu. Tapi sekarang sudah banyak beberapa komunitas, kampanye, obrolan di media sosial bahkan karya film yang mengulas tentang kesehatan mental. Dan yang sering menjadi objek dalam isu ini adalah kesehatan mental ibu. Bahkan banyak penelitian mengungkap kesehatan mental ibu berpengaruh pada kesehatan mental anak, namun tidak banyak yang mengungkap kesehatan mental ayah yang ternyata juga punya pengaruh besar. Nyatanya, keduanya punya peran yang sama besarnya. Benar?

 

Penelitian Tentang Kesehatan Mental Ayah

 

Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Health Equity menemukan bahwa kesehatan mental ayah memiliki pengaruh penting terhadap kesehatan mental anak-anaknya. Penelitian menganalisis lebih dari 75 ribu anak terkait kesehatan dan hubungan keluarganya. Peneliti menemukan, anak-anak yang memiliki ayah dengan kesehatan mental rendah ternyata 2,6 kali lebih rentan mengalami kesehatan mental yang rendah pula.  

Pengaruhnya jangka panjang, dalam artian bisa dimulai sejak anak kecil hingga dewasa. Sayangnya lagi, akibat kesehatan mental yang buruk, anak-anak ini juga mengalami kesehatan fisik yang buruk. Hal ini memungkinkan karena separuh kromosom anak adalah dari ayahnya, dan lingkungan pertama yang dikenal anak adalah keluarga. 

Tidak hanya berpengaruh terhadap anak, kesehatan mental ayah juga berpengaruh terhadap istri atau ibu. Ya, sikap ayah atau suami terhadap istri bisa menjadi salah satu penyebab mengapa istri tega melakukan hal-hal yang tidak manusiawi. Bahkan dalam beberapa kasus lain, ketidakwarasan ayah bisa menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga. Sehingga, seorang ayah juga memerlukan upaya agar dirinya tetap dalam kondisi mental yang baik.  


 
Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Mental Ayah 

Tidak dipungkiri tuntutan pekerjaan acapkali menjadi beban tersendiri bagi seorang ayah, apalagi dengan kondisi pandemi yang merubah pola kerja berpindah ke rumah. Bayangkan jika di dalam rumah ada balita dan anak usia sekolah, pasti situasi ini sedikit banyak mempengaruhi kondisi mental ayah. Lalu apa yang bisa ayah lakukan untuk menjaga kewarasannya? 

  • Pahami tugas dan tanggung jawab sebagai suami dan ayah

Kesiapan seseorang menjadi seorang suami dan ayah merupakan modal dasar bagi seorang laki-laki. Ia harus memahami tugas dan tanggung jawabnya agar siap menghadapi segala resikonya kelak. Sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga, ia harus dapat memberikan kenyamanan bagi setiap anggota keluarga. Memberikan nafkah lahir dan batin serta mampu menjadi suri tauladan yang baik. Semua itu merupakan tugas mulia yang tidak boleh di anggap remeh. 

  • Perbaiki komunikasi dengan istri

Merupakan hal yang umum bahwa suami cenderung lebih pendiam daripada istri. Suami akan lebih mudah memendam masalah dan bersikap pasif ketika masalah itu datang. Maka, ketika seorang melihat kondisi seperti ini, istri harus memberikan waktu sendiri kepada suami sejenak dengan mangambil alih keluarga. Kemudian jika suasana sudah memungkinkan, istri harus menanyakan perihal apa yang terjadi kepada suaminya. Mendengarkan keluh kesahnya dan berusaha memberikan masukan atau solusi atas permasalahannya. 

  • Ciptakan suasana kebahagiaan penuh ketakwaan

Bagi seorang suami atau ayah, hal yang paling dinanti setelah selesai bekerja adalah mendapatkan suasana kebahagiaan di rumah. Memberikan senyuman kepada suami, memperlihatkan kondisi rumah yang rapi serta anak-anak yang sudah terkondisikan dengan baik merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi suami. Terlebih lagi, istri mampu melayani suami dengan baik serta bersyukur atas apa yang telah Allah berikan melalui suaminya. Tak lupa, melaksanakan aktivitas ibadah bersama dan aktivitas penuh ketakwaan merupakan hal yang sangat penting. 

  • Memiliki waktu yang berkualitas

Bagi sebagian suami atau ayah yang memiliki banyak pekerjaan, ia tidak memiliki banyak waktu bersama keluarga. Memberikan “quality time” bagi suami atau ayah adalah salah satu kuncinya. Waktu yang berkualitas bisa di isi dengan kumpul bersama dalam jamuan makan atau dalam kondisi rehat bersama. Isilah waktu makan dan rehat bersama dengan cerita-cerita ringan penuh keceriaan atau kisah-kisah inspirasi. Istri harus dapat mengajak anak untuk dapat membantunya memberikan waktu dan pertemuan yang berkualitas bagi suami atau ayah mereka. Jika anak masih kecil, dekatkan anak dengan suami jika kondisi mereka dalam keadaan baik. Pun ketika pandemi saat ini dimana suami atau ayah lebih banyak waktunya di rumah. Mengambil waktu untuk “me time” sejenak, menyerahkan urusan keluarga kepada istri bisa menjadi kesempatan untuk menjaga kewarasan.   

  • Jadikan setiap aktivitas rumah tangga sebagai ibadah

Sebagaimana visi bagi seorang muslim, beribadah merupakan tujuan dari hidup. Sehingga, apapun peran yang dijalankan harus didasari atas iman, ilmu dan ihsanul amal atau amal yang baik. Menjadikan segala aktivitas kebaikan dan terlaksananya peran sebagai ibadah merupakan kunci kebahagiaan seorang muslim. Sebab, ia akan ikhlas dan sabar dalam menjalankan peran dan menghadapi cobaan. Ridho Allah adalah tujuan utamanya. Sehingga, ia tidak mudah putus asa dan selalu penuh harap kepada Allah swt. 

Sejatinya, ayah pun menghadapi situasi yang sama dengan ibu dalam kesehariannya. Menunaikan kewajiban masing-masing sesuai kadar yang telah Allah tetapkan. Pun memiliki hak yang sama seperti ibu untuk menjaga kewarasan diri untuk tunai tugas dalam menjalani perannya.

#odop #30dwc #day26

Komentar

Posting Komentar