Karya Kawan: Setelah Para Tetua Pergi

  

www.dailyapreal.com  Tantangan pekan ke empat di ODOP adalah menuliskan opini tentang cerpen. Ada dua cerpen yang menjadi pilihan dan pilihan saya jatuh pada cerpen berjudul "Setelah Para Tetua Pergi". Membaca cerpen ini mengingatkan saya pada drama korea yang berjudul Vincenzo. Tidak perlu saya ulas dalam tulisan ini, karena drama ini sudah cukup populer dan banyak di tonton oleh penikmat drakor dan film. Okey, kembali pada cerpen. Awal membaca cerpen ini, bayangan saya langsung melanglang buana ke seting tempat yang di deskripsikan dalam cerpen. 

Lelaki berwajah jenaka dan bertubuh tambun itu didudukkan di atas sebuah kursi kayu di tengah ruangan sementara kami bersandar setengah duduk di tepian meja yang diset melingkar mengelilinginya. Asap dari cerutu yang kami genggam mengepul tipis memenuhi seisi ruangan. 

Ya, sebuah ruangan layaknya ruangan interogasi seorang penjahat. Suram dan hanya ada sebuah lampu tepat di atas target. Diceritakan pula orang-orang disekitarnya memakai setelan jas hitam mengkilat. Ada pula yang memakai seragam camo dengan bintang bertaburan di bahunya, menariknya saya baru tahu penampakan seragam camo setelah searching di internet. Pun dengan istilah barreta, ternyata itu sebutan untuk jenis senjata pistol. Saya mengira cerpen ini bercerita tentang peperangan, namun sampai akhir cerita saya tidak menemukan ada agedan perang disini. 

Jujur, saya kebingungan untuk memahami jalan cerita dan maksud cerita ini. Entah karena saya bukan penikmat cerpen atau karena memang bahasa dalam cerita ini terlalu tinggi bagi saya. Heheheh….

 

“Justru kita adalah para penjaga agar rumah ini tetap berpenghuni. Sebab salah sedikit saja kita dalam bertindak, maka akibatnya semua dari kita mati. Punah. Rumah ini akan kosong tanpa penghuni.”

 

“Tapi bukankah Tuhan...”

 

“Stop!” kata seorang tetua sambil mengangkat tangannya. “Jangan sebut nama itu di sini.”

 

Orang yang berkata tadi urung meneruskan kalimatnya lalu bibirnya kembali bergerak-gerak menyenandungkan lagu pujian yang hanya dia sendiri yang bisa mendengar.

 

“Tidak sopan menyebutkan entitas tertinggi itu di ruangan ini. Kita hanyalah pesuruh-Nya yang bertugas menjalankan tugas-tugas kita sejak awal rumah ini dibangun.”

 

Kutipan percakapan dalam cerpen ini membuat saya menyimpulkan isi cerita. ‘Yah, ini pendapat secara personal…Mungkin cerpen ini menceritakan tentang kondisi sebuah organisasi, komunitas, bisa juga pemerintahan. Orang-orang dalam cerita ini adalah para penggerak, agen atau pelaku pemerintah yang memiliki tugas tertentu dengan tujuan untuk melestarikan budaya organisasi, komunitas atau pemerintahan yang sudah di bangun sejak lama. Bahkan untuk menjaga keamanannya, nyawa menjadi taruhannya baik nyawa si penjaga keamanan atau lawannya. Sekali lagi, entahlah….. 

Namun cerita diakhiri dengan cukup menimbulkan rasa penasaran saya sebagai pembaca. 

“Tanggalkanlah pakaian kalian semua. Pulanglah! Peluk anak-anak kalian! Siram dan beri pupuk pohon-pohon yang ada di halaman! Dan perbanyaklah memuji-muji Dia yang namanya tidak boleh kalian sebut dalam ruangan ini.”

 

Para tetua bangkit lalu menghilang di balik pintu besar yang tak pernah kami ketahui ke mana arahnya.

 

Kami semua menuruti perintah tetua agung. Kami tanggalkan pakaian yang sudah ribuan tahun kami kenakan lalu pulang.

https://www.ngodop.com/2021/07/setelah-para-tetua-pergi.html?m=1

 

#odop #day27 #challenge4

 

Komentar