Merajut Asa Di Usia Senja

 

www.dailyapreal.com — Saat bias-bias warna ilahi melebur menjadi goresan alam yang memancarkan keanggunan tiada tara, itulah pertunjukan elegan di tengah hiruk pikuk semesta. Mengiringi babak baru perjalanan sang mentari. Membuat siapa pun yang bernyawa takkan sanggup berpaling dari pesona senja. Sebuah maha karya paripurna dari Sang Maha Sempurna.

 

Ya, sore ini aku disuguhi pemandangan luar biasa yang kunikmati dari teras rumah bersama ketiga anakku sembari menanti kumandang adzan maghrib. Mungkin itu bukan senja kali pertama, namun suasana ini bisa jadi pertama kali menyusupi jiwaku. Buncah bahagia karena membersamai anak-anak secara penuh. Mengamati setiap perkembangan yang mereka capai, sesuatu yang belum sempurna kulakukan kala itu. Muncul setitik ingin agar mereka tak bergegas dewasa agar bisa kunikmati senja demi senja sambil merekam tingkah polah mereka. Ah, mustahil bukan? Sungguh aku tak punya kuasa melawan sunnatullah.

Sumber: https://www.freepik.com/

Seiring berjalannya waktu, usiaku pasti bertambah artinya porsi hidup di bumi ini perlahan habis. Masa muda kan berganti masa tua. Anak-ana pun akan melesat menjelajahi semesta lepas dari pandangan mataku. Bak bulir-bulir bunga Dandelion yang terbang mengangkasa lalu tumbuh subur di tanah tempatnya jatuh. Saat itulah usia senja menyapaku. Perlahan kuingat ayat Al Quran yang menceritakan tentang gambaran kehidupan manusia di usia senja.


"Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu. Dan diantara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah, supaya tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa". (QS. An-Nahl ayat 70)
    

Tiba-tiba pipiku basah oleh air mata. Gelak tawa anak-anak menyadarkanku, seketika itu cepat-cepat kuseka pipi dengan ujung khimar merah yang kupakai. Khawatir pemandangan ini dilihat oleh anak-anak. Namun, suasana syahdu senja ini membangkitkan ingatan pada berita belakangan ini tentang maraknya seorang anak yang menuntut orang tua berkaitan harta. Miris hati ini kala mebaca berita itu bahkan diantara mereka ada yang sudah lanjut usia. Lalu, aku mulai berpikir apa kiranya yang menyebabkan anak-anak itu menjadi durhaka kepada orang tuanya? Apakah murni kesalahan anak atau ada andil pengasuhan yang diberikan orang tuanya?    

 

Aku tersentak dengan pertanyaanku sendiri. Seperti ada tamparan keras yang dilayangkan ke pipiku. Lantas, apa yang sudah kusiapkan untuk anak-anakku kelak? Hingga saat usia senja aku bisa tersenyum bangga melihat kesalihan mereka. Buru-buru kuambil buku kuning di atas rak buku dan kubuka lembar demi lembar hasil rangkuman kajian yang kuikuti. Gerakanku berhenti pada lembaran yang kuberi hiasan dedaunan estetik dan beragam coretan stabilo ala para bujoer, catatan itu kuberi judul “pentingnya pendidikan aqidah sejak dini”. Terdapat beberapa poin yang kutulis disana tetang tujuan pendidikan aqidah kepada anak, diantaranya:

  • Memperkokoh keyakinan anak bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan pencipta alam, sehingga dia terhindar dari perbutan syirik,
  • Agar anak mengetahui hakikat keberadaannya sebagai manusia makhluk Allah,
  • Mencetak tingkah laku anak menjadi tingkah laku yang Islami yang berakhlaq mulia.

Masih kulanjutkan membaca catatan itu di lembar berikutnya. Kali ini tentang tadabbur Surat Luqman. Di atas potongan kertas coklat kutulis bahwa Luqman terkenal karena nasihat yang diberikan pada anaknya. Menurut Imam Qatadah rahimahullah, Luqman Al Hakim bukanlah nabi dan dia tidak diberi wahyu. Kemudian Imam Mujahid rahimahullah juga berkata, jika Luqman adalah seorang lelaki yang salih namun bukanlah seorang nabi. Dibawah kertas ada poin tentang karakter seorang Luqman sehingga menjadikan kisahnya diabadikan dalam Al Quran. Lembar berikutnya ada penjelasan tentang 7 nasihat Luqman Al Hakim untuk anaknya.

  • Jangan mempersekutukan Allah

"Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman ayat 13)

  • Berbuat baik kepada kedua orang tua

         Ridha orang tua adalah ridha Allah, sehingga sudah menjadi keharusan bagi kita untuk 
         berbuat baik dan berbakti pada orang tua. Mereka sudah berjasa dalam mendidik dan
         memberikan kasih sayang.

  • Sadar bahwa manusia berada dalam pengawasan Allah
  • Mendirikan salat
  • Berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran
  • Sabar dalam menghadapi cobaan
  • Janganlah menyombongkan diri.

"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai." (QS. Luqman ayat 19).

 

Terdiam, mencerna kalimat setiap kalimat yang kutulis. Semacam ada sindiran yang menohokku, “hayo, sudah dilakukan belum tuntunan ini dalam pengasuhanmu selama ini?”. Alhamdulillah, nyatanya pengasuhanku on the track, meskipun masih harus selalu berbenah diri. Rasa khawatir perlahan lenyap berganti lega, kuletakkan kembali buku catatan kuning ke tempat semula dan beranjak ke teras.

 

Kuhampiri anak-anak yang tengah asyik bermain dan memberi mereka pelukan cinta sembari dalam hati kulantunkan doa agar kelak menjadi anak salih dan salihah. Sehingga esok bisa kunikmati masa senjaku seelok senja sore ini.


#odop #day23 #30dwc #day22 #senja

Komentar