Terkenal Karena Menulis, Bukan Karena Sensasi



dailyapreal.com, — Salah satu pertanyaan klise yang ditanyakan kepada para penulis adalah, “Mengapa menulis?”. Bisa saja jawabannya ‘karena suka nulis, turunan dari emak bapak, mengisi waktu luang’. Yap, sesederhana dan sesantai itu. Tapi tahu tidak sih, bagi saya menjawab pertanyaan ini ibarat mengurai benang kusut. Benar-benar harus ketemu ujung benang agar mudah di urai. Karena ujung benang ini menjadi strong why untuk kita tetap setia dengan aktivitas menulis.

 

Saya sangat mencintai aktivitas menulis, membaca dan berbagi. Bisa dibilang indeks kebahagiaan dan kepercayaan diri saya akan meningkat setelah melakukan aktivitas ini. Jadi jangan tertawa jika salah satu impian saya adalah menjadi orang terkenal, cukup bantu mendoakan saja ya. Terinspirasi dari seorang penulis senior yang mengatakan, “Membaca membuat kita tahu banyak hal. Menulis membuat orang tahu siapa kita”. Namun, realita terkadang belum mampu sesuai ekspektasi. Ibarat jalan yang di mulai dari KM 0, maka posisi saya saat ini masih ada di KM 1. Padahal KM 0 sudah di mulai sejak masa sekolah dasar.

 

Sadar diri dengan kemampuan menulis yang serba pas-pasan sementara finish line aktivitas menulis butuh ketrampilan expert. Maka berjuang sendiri adalah cara yang kurang efektif, disitulah dibutuhkan keberadaan komunitas menulis sebagai support system. Dan saat ini saya mengikuti Komunitas One Day One Post dan kelas menulis 30DWCjilid 32. Bukan karena kemaruk mau ikut semua kelas, tetapi masing-masing punya benefit sendiri yang sedang saya butuhkan. Di Komunitas ODOP, saya berharap bisa menambah keterampilan tentang blog. Sementara di 30DWC menjadi batu pijakan untuk bisa menghasilkan karya sebuah buku. Keduanya saling memberi apa yang sedang dibutuhkan, ya beginilah kehidupan ibu pembelajar yang merdeka belajar. Hehehe…

 

Di Komunitas ODOP, para peserta akan menulis selama 40 hari tanpa henti dengan tema bebas. Juga tantangan menulis tema tertentu setiap pekannya. Selain itu, para peserta juga dibekali ilmu tentang menulis dan blog. Jika berhasil sampai hari ke 40, peserta dinyatakan lulus dan menjadi member Komunitas ODOP.

 

Kembali lagi pada bahasan strong why menulis. Setuju tidak jika semakin bertambahnya usia di dunia, maka berbanding lurus dengan banyaknya pengalaman hidup yang diukir. Sementara daya ingat dan space memory manusia punya limit. Nah, itu tantangan semua manusia. Kelak saat usia senja, kita tidak akan mampu lagi mengingat, menceritakan dan membaginya dengan anak generasi. Tidak mau kan? Saya rasa dengan kegiatan menulis kekhawatiran itu terpecahkan. Kumpulan cerita mulai dari proses belajar menjadi lebih baik hingga hanya sekedar cerita ngalor-ngidul pun akan tersimpan rapi, runtut, lengkap. Bisa dijadikan bahan obrolan bersama cucu-cucu kelak… ah, kepanjangan ya bayangannya. 


Bagi saya pribadi menulis tidak hanya sekedar mengikuti trend saat ini. Tidak juga sekedar mengisi waktu luang. Tidak melulu menumpahkan isi hati dan pikiran. Bahkan menghabiskan jatah 20.000 kata perhari. Ada 4 hal yang saya jadikan strong why aktivitas menulis ini.

 

  • Menulis untuk mengikat ilmu
Imam Asy Syafi’i ra, berkata “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja”. Bahkan para ulama terdahulu menjadikan menulis sebagai habits. Ath Thabari bahkan menulis 40 lembar sehari selama 40 tahun lamanya. Pantaslah jika para ulama tersebut berhasil membuahkan keilmuan mereka dalam suatu buku.


  • Menulis untuk berbagi
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni). Saya memilih menulis sebagai sarana untuk menebar manfaat kepada sekitar. Ilmu yang saya dapatkan bisa saya tuangkan dalam tulisan. Dengan harapan bisa menjadi amal jariyah saat jiwa ini terpisah dari raganya.


  • Menulis untuk perubahan
Saya meyakini perubahan menuju kebangkitan hakiki akan terwujud jika pemikiran dalam individu menjadi pemahamannya. Sehingga tingkah dan lakunya akan diwarnai oleh pemahamannya. Untuk memulai perubahan itu bisa dimulai lewat tulisan. Sebagaimana ketika kita membaca literatur kemudian kita adopsi isinya menjadi keyakinan kita. Di situlah titik awal perubahan (skala individu).


  • Menulis untuk memperpanjang usia
Melalui tulisan, segala hal yang menjadi uneg-uneg kita bisa dinikmati oleh banyak orang pun ketika kelak kita meninggal. Generasi kita bisa mengenal kita melalui tulisan yang kita telurkan.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”― Pramoedya Ananta Toer


  • Menulis sebagai sarana selfhealing
Psikolog Pannebakker, seorang ahli Writing Therapy. Pada akhir tahun 1908-an Ia membuat sebuah teori tentang terapi menulis bagi orang yang memiliki masalah gangguan emosi pada dirinya. Pas sekali, saya bukan tipe ibu yang doyan ngafe sekedar me time untuk melepas penat. Pilihan me time tetap pada menulis sebagai sarana untuk manajemen jiwa agar selalu fresh dalam membersamai anak-anak.

 

Dalam pandangan saya, kehidupan saat ini jauh berbeda dengan dulu terutama sebelum ada kecanggihan teknologi. Hidup kita berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Dulu, penulis mungkin menghasilkan karya dalam sebuah buku atau media cetak. Kini, penulis lebih fleksibel, bisa menghasilkan karya dalam bentuk digital seperti menjadi seorang blogger profesional. Bagi seorang perempuan dengan peran ibu dan istri, berkarya dari rumah bukanlah keniscayaan. Tentunya tidak instan ya…. Para blogger profesional yang kita kenal saat ini mungkin sudah memulai KM 0 sejak 10 tahun lalu atau bahkan lebih. Yakinlah mantra ini, Practice makes progress. Progress makes you an expert” ― By Me.

 

#ODOP #day5 #30DWC #day4

 


Komentar

  1. Semoga kita bisa menjadi penulis profesional ya Kak

    BalasHapus
  2. Yuk semangat berprogress di ODOP 😀

    BalasHapus
  3. Keren kan kalau bisa diingay oadahal kitanya udah ga ada. 😁😁

    BalasHapus

Posting Komentar